Kisah Jepriadi Merevolusi Pendidikan di Kampung Semayong (Perbatasan Kalimantan-Malaysia)
Jepriadi Tarmiji Suaib lahir dan tumbuh di Dusun Semayong, Desa Sungai Kumpai, Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Wilayah yang berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia.
Sejak muda ia sudah merasakan betapa besarnya tantangan yang harus dihadapi anak-anak di desanya. Dari pendidikan yang minim, akses sekolah yang jauh dan sulit, hingga godaan untuk memilih bekerja di Malaysia sebagai jalan cepat mengubah nasib.
Melihat realitas itu, Jepriadi tak ingin hanya diam. Bersama tiga sahabatnya, Wahyudi, Asman, dan Ako Adi Saputra, pada tahun 2013 ia mendirikan komunitas pemuda di kampungnya, yaitu Karang Taruna Tunas Harapan Bersama, yang kemudian menjadi cikal bakal dari gerakan Semayong Institute atau dikenal juga dengan “Kampung Pintar Semayong.”
Gerakannya bertujuan mendorong agar anak-anak dusun melanjutkan sekolah, memotivasi orang tua untuk mendukung pendidikan anaknya, dan kemudian mendirikan rumah baca, perpustakaan setempat, hingga sekolah swasta (SD & SMP) di kampungnya yang sebelumnya tidak memiliki fasilitas sendiri.
Berkat upaya ini, sebuah perubahan nyata muncul. Dari awalnya hanya 3-4 anak yang melanjutkan ke SMP dari sekitar 30 lulusan SD, kini hampir 100 % anak-anak di dusun itu bersemangat untuk sekolah, dan banyak pemuda yang kini melanjutkan hingga kuliah.
Membangun Peradaban Pendidikan
Jepriadi menaruh visi yang lebih besar dari sekadar meningkatkan angka sekolah. Ia menyebut bahwa pendidikan adalah jalan untuk membangun peradaban, mengangkat status sosial, memberi pilihan kerja yang lebih baik, memperkuat masyarakat.
“Dengan pendidikan kita bisa mengubah status sosial masyarakat. Pendidikan adalah upaya kita membangun peradaban,” ujar Jepriadi.
Kampungnya dekat dengan perbatasan dan selama ini rawan terjebak oleh arus perantauan ke Malaysia untuk bekerja kasar. Jepriadi ingin anak-anak punya pilihan lain. Bukan hanya bekerja kasar di luar negeri, tetapi bisa memilih karir yang lebih bermartabat.
Atas dasar itu ia mendirikan “Rumah Baca Semayong,” lalu SD dan SMP swasta di kampungnya, hingga kemudian memperluas menjadi Semayong Institute.
Raih SATU Indonesia Awards 2018
Ajang SATU Indonesia Awards (SIA) diselenggarakan oleh PT Astra International Tbk dengan tema besar “Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia.”
Pada edisi 2018 (tahun ke-9) SIA mengundang generasi muda usia 15-35 tahun yang melakukan kegiatan nyata bermanfaat di bidang pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, kesehatan, teknologi.
Jepriadi kemudian ikut dalam proses seleksi SIA 2018 sebagai bagian dari kandidat yang mewakili bidang Pendidikan.
Proses seleksi SIA melibatkan verifikasi proyek, skuad juri dari berbagai bidang, lalu pengumuman pemenang tingkat nasional.
Melalui karyanya di kampung perbatasan, Jepriadi berhasil mendapatkan pengakuan sebagai tokoh perubahan pendidikan “penggagas Kampung Pintar Semayong.” Dan, memenangkan penghargaan SIA 2018 yang kemudian menjadi titik refleksi bahwa gerakannya tak sekadar lokal tetapi punya nilai nasional.
Mengapa Kisahnya Menarik?
- Latar kondisi ekstrim. Dusun perbatasan yang sebelumnya dikuasai arus “anak-mudah putus sekolah dan bekerja di negeri tetangga,” kemudian bisa berbalik menjadi kampung yang hampir semua anaknya mau sekolah.
- Inisiatif dari masyarakat sendiri. Bukan datang dari luar besar, tetapi oleh pemuda kampung yang merasa resah dan bergerak sendiri, dengan modal kehadiran, motivasi, rumah baca seadanya, buku bekas.
- Skala perubahan sosial. Pendidikan bukan sekadar sekolah, tetapi membuka jalan generasi muda memilih pekerjaan yang lebih bermartabat, memperkuat masyarakat, mengubah mentalitas orang tua.
- Dikenal secara nasional. Lewat SIA 2018, kisahnya mendapat panggung nasional, memberi inspirasi bahwa “kita bisa dari pinggiran, kita bisa memulai perubahan”.
Catatan untuk Masa Depan
Jepriadi sendiri menyadari bahwa perjuangan belum selesai. Walaupun banyak anak yang kini melanjutkan sekolah atau kuliah, tapi banyak juga pemuda yang masih memilih merantau ke Malaysia. Namun, kini pilihan mereka menjadi lebih banyak dan lebih baik karena ada pendidikan.
Rumah baca yang kini telah memiliki ribuan buku dan sebuah bangunan sendiri menjadi pusat aktivitas pembelajaran dan pelatihan.
Ia berharap gerakan ini terus tumbuh agar semakin banyak generasi muda Desa Sungai Kumpai dan kawasan perbatasan lainnya yang melihat pendidikan sebagai jalan nyata membangun masa depan dan peradaban.
Penutup
Jepriadi Tarmiji Suaib adalah contoh nyata bahwa perubahan besar bisa berasal dari gagasan kecil di tempat yang tak banyak diperhitungkan.
Dari dusun pinggiran di Kalimantan Barat, dengan semangat “kampung pintar” ia membuka jalan agar anak-anaknya tidak hanya menjadi pekerja kasar, tetapi generasi yang terdidik, mandiri dan bermartabat.
Partisipasinya dalam SATU Indonesia Awards 2018 bukan hanya sebagai penghargaan pribadi, tetapi sebagai pengakuan bahwa perubahan dari pinggiran punya makna untuk seluruh bangsa. Dengan pendidikan sebagai fondasi, kampungnya kini menapaki fase baru dari marginal menjadi inspirasi.
Semoga tulisan ini bisa menjadi gambaran singkat dan menarik tentang sosok Jepriadi, gerakannya, dan dampaknya. Serta menjadi inspirasi bagi siapa saja yang percaya bahwa perubahan tidak harus menunggu datang dari kota besar, pejabat tinggi, atau modal yang melimpah.
Karena pada akhirnya, pendidikan bukan hanya soal bangku sekolah dan buku pelajaran, tetapi tentang membuka mata generasi muda agar mereka punya pilihan lain. Dan, Jepriadi sudah membuktikan, bahwa satu kampung yang percaya pada pendidikan, bisa mengubah nasib generasi berikutnya.


 
%20(111%20x%2040%20px).png)
 
 
 
.png) 
0 Comments